Kamis, 19 Mei 2016

[REVIEW] Burlian (Serial Anak-Anak Mamak)

Judul: Burlian (Serial Anak-anak Mamak #2)
Penulis: Tere Liye
Genre: cerita anak
Tebal: 339 halaman
Penerbit: Penerbit Republika



Sinopsis

Kau, sejak dilahirkan memang sudah berbeda, Burlian. Spesial!

Waktu melesat bagai peluru. Akhirnya aku mengerti kini, itulah cara terbaik Bapak dan Mamak menumbuhkan keyakinan dan rasa percaya diriku. Sejak kecil selalu bilang aku spesial agar aku punya pegangan setiap kali terbentur masalah.

Aku ingat, Bapak dan Mamak selalu bilang, "Kau anak yang kuat, Amelia", agar si bungsu Amelia yang sakit-sakitan tumbuh menjadi anak yang kuat. Atau bilang kalimat, "Kau anak pemberani, Eli", maka jadilah Ayuk Eli seorang pemberani atas banyak hal. Sedangkan pada Kak Pukat, Bapak dan Mamak selalu bilang, "Kau anak yanh pintar", dan kini jadilah Kak Pukat seorang peneliti hebat, sepintas kalimat yang selalu ia dengar sejak kecil.


Review

Cerita yang benar-benar mengekspresikan tentang indahnya masa anak-anak, terkhusus kisah Burlian, si anak yang spesial, sehingga di dalamnya pun terurai kisah Burlian yang digambarkan memiliki kisah yang spesial. Dibuka dengan cerita Mamak yang memberitahukan mengenai suasana yang terjadi saat kehamilan, yakni adanya suara burung yang makin lama suaranya seperti menandakan adanya kematian. Namun, kisah Burlian anak-anak tidak sesuram suara burung yang menandakan kematian tersebut. Cerita Burlian padat kisah, padat humor, dan tentunya padat pula pesan moralnya. 

Kisah-kisah yang ada yakni membahas mengenai pengebor minyak yang masuk ke kampung mereka, cerita soal pendidikan, berkenalan dengan Nakamura-san, menikmati masa kecil yang penuh dengan permainan, SDSB yang berkedok bantuan pemerintah, pemilihan kepala kampung, mencintai alam, ABRI masuk desa, dan sampai diajarkan pula makna pengorbanan seorang Mamak. 
Dari sekian banyak kisah-kisah tersebut, aku menemukan banyak pesan menarik:

- Bab "Menanam Masa Depan"
"Begitu pula sekolah, Burlian, Pukat. Sama seperti menanam pohon... Pohon masa depan kalian. Semakin banyak ditanam, semakin baik dipelihara, maka pohonnya akan semakin tinggi menjulang. Dia akan menentukan hasil apa yang akan kalian petik di masa depan, menentukan seberapa baik kalian akan menghadapi kehidupan. Kalian tidak mau seperti Bapak, bukan? Tidak sekolah, tidak berpendidikan, tidak punya pohon raksasa yang dari pucuknya kalian bisa melihat betapa luas dunia. Menjafi seseorang yang bermang0faat untuk orang banyak. Kau akan memiliki kesempatan itu, Burlian, karena kau berbeda. Sejak lahir kau memang sudah spesial..." (hal. 30)

- Bab "SDSB, Semua Dapat Semua Bungkam)"
"yang jahat dari berjudi bukan soal kehilangan uang taruhannya. Proses judi itu sendirilah yang jahat. Judi seolah memberikan jalan pintas, angan-angan indah. Seolah-olah jika kau beli selembar SDSB seribu rupiah, besok kau otomatis dapat dua setengah juta. Mana ada warga kampung yang lulus Sekolah Rakyat pun tidak bisa bertahan atas godaan seperti itu. Dan saat mereka mulai tenggelam dalam mimpi-mimpi itu, daya rusak judi lebih jahat lagi. Mereka malas bekerja, memaksa menjual perabotan rumah sebagai modal, mencuri, bertengkar, semuanya dilakukan demi selembar kertas." (Hal. 101)

- Bab "Jangan Pernah Berhenti Percaya - 1", bab yang mengisahkan tentang perjuangan Pak Bin (seorang guru) untuk mempertahankan agar anak-anak muridnya tetap melanjutkan sekolah dasar sampai lulus. Karena dalam ceritanya, kelas 5 merupakan masa ketika banyak anak-anak yang mulai berguguran tidak sekolah, karena dianggap pendidikan yang mereka dapat sudah cukup. Kutipannya: 
"Itu berlebihan... Bagi siapa saja yang mengaku mencintai mengajar, jangankan sepuluh atau sembilan, tinggal satu murid pun sekolahan tetap terus." (Hal.146)

".... Semua urusan ini kembali ke anak-anak itu, jika mereka mempunyai keinginan kuat, mereka akan kembali tidak peduli seberapa besar keterbatasan yang mereka miliki... sepanjang mereka tidak pernah berhenti percaya." (hal.154)

- Bab "Seberapa Besar Cinta Mamak - 1"
"Jangan pernah membenci Mamak kau, Burlian... jangan pernah.. karena jika kau tahu sedikit saja apa yang telah ia lakukan demi kau, Amelia, Kak Pukat dan Ayuk Eli, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian." (Hal. 211)

- Bab "Rusa Bertanduk"
".. Tapi kau lupa bagian terpentingnya. Penduduk kampung hanya mengambil seperlunya, menebang sebutuhnya. Mereka punya batasan. Jangan pernah mengambil semua rebung tanpa menyisakan tunasnya untuk tumbuh lagi. Jangan pernah menebar racun atau menjulurkan kawat setrum di sungai yang akan membuat telur dan ikan-ikan kecil juga mati, padahal esok-lusa dari merekalah sungai akan terus dipenuhi ikan-ikan.." 

Dari kutipan-kutipan di atas, menurutku Burlian banyak berisi pembelajaran moral untuk anak-anak. Dan tentu saja bagus untuk menjadi bahan bacaan anak-anak maupun orang dewasa yang rindu masa kanak-kanak mereka. 

Dalam membacanya, aku terkadang terlewat dan kadang lupa apa yang disampaikan sebelumnya, jadi memang harus fokus supaya tidak terlewatkan makna yang mau disampaikan penulis dan juga cerita yang ditulis menurutku cepat sekali berpindah dari bahasan/pembicaraan yang satu ke yang lainnya. Lain kali kalau bakal baca Serial Anak-anak Mamak yang lain mungkin harus lebih fokus kali ya..hehe

Burlian yang merupakan Seri Anak-Anak Mamak ini aku pinjam dari perpustakaan di kotaku, dan karena membaca sedikit review dan sinopsis yang menarik, akhirnya aku meminjam buku ini walaupun sebenarnya buku yang mau aku baca itu banyak ditambah tugas-tugas kuliahku yang mulai menggunung, hehe. Tapi apa yang ku dapat dari Burlian ga sia-sia dan buat aku pengen lagi baca Serial Anak-Anak Mamak yang lainnya ^^. O iya, yang aku bingungin tentang serial ini adalah part bukunya, dari blog yang waktu itu aku baca bilangnya Serial Anak-anak Mamak ini dimulai dari Burlian, Pukat, Eliana dan terakhir Amelia. Tapi pas aku mau masukin Burlian ini ke rak goodreads, ternyata Burlian ini merupakan serial kedua. Sempet bingung, tapi ya udahlah, kalo ceritanya menarik ga masalah..hehe 

Membaca Burlian membuat aku ingat tentang esensi belajar, bahwa belajar itu tidak harus di bangku sekolah, namun mendengarkan kisah orang dan mengalami ataupun mengerjakan sesuatu seperti yang dilakukan Burlian juga merupakan esensi belajar. Malah belajar seperti itu lebih ngena maknanya ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar